SAMBAL LOTIS_sebuah cerpen ukhuwah islamiyah

9:27 PM Unknown 0 Comments


            Udara pagi menampar nampar wajahku. Sensasinya luar biasa. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka. Sambil menenteng Jibo aku melangkah maju dengan kerudung yang melambai, menuju tempat yang belum pernah kedatangi sebelumnya. Meninggalkan hal yang lalu. Masih ingat aku, sewaktu aku baru saja masuk SMP dulu..
            Aku berjalan sendiri melewati koridor, aku mau ke kamar mandi. Tapi, aku sudah berputar putar dan tidak menemukannya. Aku tersesat. Sesaat kemudian dipojok ruangan yang kotor dan tak terawat kutemui ada pintu yang kuduga adalah kamatr mandi. Aku berlari kesana dan pintu itu kubuka.  Sebentar aku melihat beberapa gerombolan anak yang sedang berkumpul dan melakukan suatu hal. Mereka adalh kakak kelas. Setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi.
            Aku masih diruangan itu ketika aku sadar. Sendiri. Tangan dan kakiku terikat dan mulutku di lakban. Aku disekap? Aku bingung aku sedang diapakan, aku lapar dan sangat lelah sekarang. Kulihat dibadanku ada beberapa memar, mungkin aku sempat terkena pukulan.
            “Dasar anak nakal, keluyuran terus!! Berantem lagi!!” itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut tanteku ketika aku baru sampai dirumah, setelah ditemukan 2 hari tersekap. Aku lelah jiwa dan raga. Perlakuan yang sama juga menimpaku disekolah kemudian, sejak saat aku melihat kakak kelas yang sedang nyabu, aku kena bully.
            “Assalamu’alaikum ..” kuucapkan pada seorang guru yang menungguku didepan pintu aula. Beliau membalas dengan senyum. Kemudian dia mengajakku menuju kelas XI Agama.
            “Dek Maira pindahan dari SMA mana?” beliau memulai pembicaraan selama perjalanan.
            “Dari SMA Nusantara Jakarta, Bu.” aku menjawab dengan lembut.
            “Itu yang dibawa apa? Lucu sekali..” Beliau bertanya lagi.
            “Eh, ini Jibo, bonekaku, aku selalu membawanya, Bu.” Aku menjawab.
            “Oh ya. Eh itu kelasmu sudah dekat.” Kata Bu Guru selanjutnya sambil menunjuk kelas didekat pohon besar. Kelas itu sangat berbeda dengan kelasku dulu waktu di SMA Nusantara. Aku tidak tahu persis perbedaannya secara fisik, tapi yang pasti ada sesuatu yang membuatnya berbeda.
            Aku menarik nafas lagi. Aku lulus SMP dan sekarang aku masuk SMA. Namun, aku masuk SMA seinstansi dengan SMP ku. Aku berteriak saat aku tahu masuk SMA itu, tapi dalam hati. Aku tidak mau membuat tante marah. Aku sudah bersyukur bisa disekolahkan.
            Sudah satu tahun, aku di SMA Nusantara dan aku sudah 4 kali di opname.
            “Maira, berapa kali tante bilang? Jangan suka cari masalah. Ini sudah keterlaluan..” kata tanteku dengan nada agak tinggi.
            “Tante, aku nggak cari masalah..” aku sudah bosan mengucapkan kalimat itu. Tapi, tanteku tidak pernah percaya.
            “Sudah. Mending kamu istirahat aja sekarang biar cepat sembuh dan cepat pulang. Tante udah nggak punya uang lagi buat bayar rumah sakit..” kata tante kemudian dia berlalu dan pergi. Aku melihatnya keluar seakan mau mati. Aku sudah bosan hidup. Berulang kali aku terkapar sakit seperti ini karena perlakuan teman teman disekolah tapi tidak ada percaya. HAnya Jibo yang selalu jadi temanku. Dia boneka pemberian ayah ibu yang terakhir.
            “Ayo kamu boleh masuk sekarang..” kata Bu Guru mengagetkan lamunanke kemasa dulu. Aku pun masuk kedalam dan memperkenalkan diri layaknya seorang anak baru. Kulihat disana semua anak perempuan memakai jilbab dan yang laki laki memakai peci semua. Sangat kontras dengan SMAku dulu.
Setelah perkenalan, aku pun duduk di barisan paling belakang dan memulai aktivitas belajar bersama teman teman baruku. Selama ini biasa saja suasananya. Sampai suatu ketika seseorang datang menghampiriku.
“Maira!! Ayo ikut kita…” Kamila, teman yang baru kukenal tadi menarikku dengan paksa. Mukanya bersemangat sekali. Sampailah kami disuatu tempat. Disana terjelar baliho besar sekali. Baliho itu dipakai alas duduk sekelompok orang yang hampir semuanya bermuka melas minta  makan. Mereka semua adalah teman teman Rohis yang sedang mengadakan acara syukuran setelah terpilih pengurus baru dengan mengadakan Lotisan. Mereka sedang menunggu buah yang sedang dikupas dan sambal yang lagi di uleg para akhwat.
Kulihat setiap mimik muka mereka. Semuanya gembira. Mereka saling melempar tawa, bercanda, dan tidak ada beban dalam hidup kelihatannya.
“Mila.. ” aku mau bicara tapi aku bingung untuk mengatakannya.
“Ayok gabung aja Mai!! Bentar lagi jadi nih lotisnya.. Yay!!” Kamila berkata sejuk sekali. Di sangat baik padaku. Dia juga yang memperkenalkan aku kepada teman teman rohis.
Lotisan sudah jadi. Ada dua buah wadah buah dan dua cobek sambal, untuk ikhwan dan akhwat. Aku sibuk melihat keadaan sambil duduk diantara teman teman baruku. Buahnya banyak sekali, ada mangga, bengkoang, nanas, jambu, dan banyak lagi. Baru beberapa menit, wadah ikhwan sudah habis. Mereka lalu ikut mengambil bagian yang lain. Banyak tangan yang kesana kemari. Sambal muncrat kemana mana. Mereka semua terlihat berbeda. Berbeda sekali dengan teman temanku dulu.
“Kenapa kamu nggak ngambil Mai?” Nadia berkata kepadaku dengan mulut penuh nanas.
“Keburu habis lho Mai….” Dinda mau ikut bicara walaupun kepedasan sambal. Mukanya menjadi merah dan matanya mulai berair. Aku pun hanya tersenyum dan tergoda untuk mencoba lotisnya. Aku pun mengambil mangga dan mencolek sambal, kemudian kumakan.
“HUuuuuaaaaahh………” seketika aku menjerit dan seketika juga semua teman teman terdiam karena kaget mungkin. Sumpah, aku lupa aku sedang sariawan dan sambalnya pedas sekali. Aku mulai menitikkan air mata kesakitan dan teman teman pun meledak tertawa. Aku pun ikut tertawa melihat kelakuanku sendiri.
“Mai mukamu kayak tomat Mai!!” seseorang diujung mengataiku. Sedangkan aku tidak bisa berhenti tertawa. Aku pun terus melanjutkan makan lotisannya. Kami tertawa bersama, kepedasan bersama, baju belepotan sambal semua, semuanya kita lakukan bersama. Aku tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Mereka belum pernah mengenalku sebelumnya tapi mereka memperlakukanku seperti aku adalah saudara mereka. []toma

 Terima kasih teman teman Rohis El Hakim, kalian yang menginspirasi cerita iniJ

0 komentar: